Sebelum
dihuni manusia, bumi Jawa telah dihuni oleh golongan dewa-dewi dan makhluk
halus lainnya. Salah satu putra Sang Hyang Jagad Girinata, yaitu Bathara Wisnu,
turun ke arcapada lalu kawin dengan Pratiwi, dewinya bumi….
Sebuah
teori geologi kuno menyebutkan, proses terbentuknya daratan yang terjadi di
Asia belahan selatan adalah akibat proses pergerakan anak benua India ke utara,
yang bertabrakan dengan lempengan sebelah utara. Pergerakan lempeng bumi inilah
yang kemudian melahirkan Gunung Himalaya.
Konon, proses tersebut terjadi pada 20-36 juta
tahun yang silam. Anak benua yang di selatan sebagian terendam air laut,
sehingga yang muncul di permukaan adalah gugusan-gugusan pulau yang merupakan
mata rantai gunung berapi. Gugusan pulau-pulau di Asia Tenggara, yang sebagian
adalah Nuswantoro (Nusantara), yang pada zaman dahulu disebut Sweta Dwipa. Dari
bagian daratan ini salah satunya adalah gugusan anak benua yang disebut Jawata,
yang satu potongan bagiannya adalah pulau Jawa.Jawata artinya gurunya orang
Jawa. Wong dari kata Wahong, dan Tiyang dari kata Ti Hyang, yang berarti
keturunan atau berasal dari Dewata. Konon karena itulah pulau Bali sampai kini
masih dikenal sebagai pulau Dewata, karena juga merupakan potongan dari benua
Sweta Dwipa atau Jawata.
Mengingat kalau dulunya anak benua India dan
Sweta Dwipa atau Jawata itu satu daerah, maka tidak heran kalau ada budayanya
yang hampir sama, atau mudah saling menerima pengaruh. Juga perkembagan agama
di wilayah ini, khususnya Hindu dan Budha yang nyaris sama.
Al kisah, dalam kunjungan resminya sebagai
utusan raja, Empu Barang atau nama bangsawannya Haryo Lembusuro, seorang
pandhito terkemuka tanah Jawa, berkunjung ke Jambu Dwipa (India).
Sesampainya menginjakkan kaki di negeri
Hindustan ini, oleh para Brahmana setempat, Empu Barang diminta untuk
bersama-sama menyembah patung perwujudan Haricandana (Wisnu). Namun, dengan
kehalusan sikap manusia Jawa, Empu Barang menyatakan bahwa sebagai pandhito
Jawa, dia tidak bisa menyembah patung, tetapi para Brahmana India tetap
mendesaknya, dengan alasan kalau Brahmana dinasti Haricandana menyembahnya
karena Wisnu dipercaya sebagai Sang Pencipta Tribuwana.
Dengan setengah memaksa, Empu Barang diminta
duduk, namun sewaktu kaki Empu Barang menyentuh tanah, tiba-tiba bumi bergoyang
(tidak disebutkan berapa kekuatan goyangannya dalam skal ritcher). Yang jelas,
saking hebatnya goyangan tersebut, patung tersebut hingga retak-retak.
Memang, menurut tata cara Jawa, penyembahan
kepada Sang Penguasa Hidup itu bukan patung, tetapi lewat rasa sejati, sehingga
hubungan kawula dengan Gusti menjadi serasi. Itulah Jumbuhing Kawula Dumateng
Gusti.
Orang Jawa melakukan puja-puji penyembahan
kepada Gustinya langsng dari batinya, maka itu dalam perkembangannya disebut
aliran Kebatinan atau perkembangan selanjutnya dikenal dengan istilah Kejawen,
karena bersumber dari Jawa.
Bagi orang Jawa tentang cerita waktu bumi Jawa
belum dihuni manusia, telah dihuni oleh golongan dewa-dewi dan makhluk halus
lainnya. Dan salah satu putra Sang Hyang Jagad Girinata, yaitu Bathara Wisnu
turun ke arcapada kawin dengan Pratiwi, dewi bumi.
Dalam pemahaman kejawen, hal itu disikapi
dengan terjemahan, kalau Wisnu itu artinya urip/hidup, pemelihara kehidupan.
Jadi jelasnya awal mula adanya kehidupan manusia di bumi, atas izin Sang
Penguasa Jagad. Dewa perlambang sukma, manusia perlambang raga. Begitulah hidup
manusia, raganya bisa rusak, namun sukmanya tetap hidup langgeng.
Kemolekan bumi Jawa laksana perawan rupawan
yang amat jelita, sehingga Kerajaan Rum (Ngerum) yang dipimpin Prabu Galbah,
lewat laporan pendeta Ngali Samsujen, begitu terpesona karenanya. Maka
diutuslah dutanya yang pertama yang bernama Hadipati Alip.
Hadipati Alip berangkat bersama 10.000 warga
Ngerum menuju Nuswa Jawa. Mereka dalam waktu singkat meninggal terkena wabah
penyakit. Tak tersisa seorang pun. Lalu dikirimlah ekspedisi kedua dibawah
pemimpinan Hadipati Ehe. Malangnya, mereka juga mengalami nasib sama, tupes
tapis tanpa tilas.
Masih diutus rombongan berikutnya, seperti
Hadipati Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jimakir. Semuanya mengalami nasib
sama, tumpes kelor.
Melihat semua itu, Prabu Galbah terkejut dan
mengalami shock hebat. Akibatnya, sakit jantungnya kambuh. Dia kemudian jatuh
sakit, dan dalam waktu tak lama mangkat.
Pendeta Ngali Samsujen, merasa bersalah karena
nasehatnya menimbulkan malapateka ini terjadi. Akhirnya beliau mati dalam rasa
bersalah. Tinggal Mahapati Ngerum, karena rasa setianya, dia ingin melanjutkan
missi luhur yang dicita-citakan rajanya. Dia akhirnya ingat pada sahabatnya
yang sakti bersanama Jaka Sangkala alias Aji Saka, yang tinggal di Tanah
Maldewa atau Sweta Dwipa.
Habisnya para migran dari Ngerum ke Tanah Jawa
itu, menurut Jaka Sangkala adalah karena hati mereka yang kurang bersih. Mereka
tidak meminta izin dahulu pada penjaga Nuswa Jawa. Padahal, karena sejak zaman
dahulu, tanah ini sudah ada yang menghuni. Yang menghuni tanah Jawa adalah
manusia yang bersifat suci, berwujud badan halus atau ajiman (aji artinya ratu,
man atau wan artinya sakti).
Selain penghuni yang baik, juga dihuni
penghuni brekasakan, anak buah Bathara Kala. Makanya tak ada yang berani
tinggal di bumi Jawa, sebelum mendapat izin Wisnu atau manikmaya atau Semar.
Akhirnya, Mahapati Ngerum diantar Aji Saka
menemui Wisnu dan isterinya Dewi Sri Kembang. Saat bertemu, dituturkan bahwa
wadyabala warga Ngerum yang mati tidak bisa hidup lagi, dan sudah menjadi Peri
Prahyangan, anak buah Batara Kala. Tapi ke-8 Hadipati yang gugur dalam tugas
itu berhasil diselamatkan oleh Wisnu dan diserahi tugas menjaga 8 mata angina.
Namun mereka tetap menghuni alam halus.
Atas izin Wisnu, Mahapati Negrum dan Aji Saka
berangkat ke tanah Jawa untuk menghadap Semar di Gunung Tidar. Tidar dari kata
Tida; hati di dada, maksudnya hidup. Supaya selamat, oleh Wisnu, Mahapati
Ngerum dan Aji Saka diberi sifat kandel berupa rajah Kalacakra, agar terhindar
dari wabah penyakit dan serangan anak buah Batara Kala.
Kisah di atas hanya merupakan gambaran, bahwa
ada makna yang tersirat di dalamnya. Wisnu dan Aji Saka itu dwitunggal,
bagaikan matahari dan sinarnya, madu dan manisnya, tak terpisahkan. Loro-loro
ning atunggal.
Maka itu, keraton Wisnu dan Aji Saka itu di
Medang Kamulan, yang maksudnya dimula-mula kehidupan. Kalau dicermati, intinya
adalah kawruh ngelmu sejati tentang kehidupan manusia di dunia, sejak masih
gaib hingga terlahir di dunia, supaya hidup baik, sehingga kembalinya nanti
menjadi gaib lagi, perjalanannya sempurna.
Singkat cerita, perjalanan ke tanah Jawa
dipimpin oleh Aji Saka dengan jumlah warga yang lebih besar, 80 ribu atau 8
laksa, disebar di berbagai pelosok pulau. Sejak itulah, kehidupan di tanah Jawa
Dwipa yang disebut masyarakat Kabuyutan telah ada sejak 10.000 SM, tetapi mulai
agak ramai sejak 3.000 SM.
Sesudah kedatangan pengaruh Hindu, muncul
kerajaan pertama di Jawa yang lokasinya di Gunung Gede, Merak. Rajanya Prabu
Dewowarman atau Dewo Eso, yang bergelar Sang Hyang Prabu Wismudewo. Raja ini
memperkuat tahtanya dengan mengawini Puteri Begawan Jawa yang paling terkenal,
yakni Begawan Lembu Suro atau Kesowosidi di Padepokan Garbo Pitu (penguasa 7
lapis alam gaib) yang terletak di Dieng atau Adi Hyang (jiwa yang sempurna),
juga disebut Bumi Samboro (tanah yang menjulang tinggi). Puterinya bernama
Padmowati atau Dewi Pertiwi.
Dari perkawinan campuran itu, lahirlah Raden
Joko Pakukuhan, yang kelak di kemudian hari menggantikan tahta ayahnya di
kerajaan Jawa Dwipa atau Keraton Purwosarito, dan bergelar Sang Prabu Sri Maha
Panggung. Lalu keraton dipindah lokasinya ke Medang Kamulan.
Penggantinya adalah putranya Prabu Palindriyo.
Dari perkawinannya dengan puteri Patih Purnawarman, Dewi Sinto, lahir Raden
Radite yang setelah bertahta dan bergelar Prabu Watuguung. Dia memerintah
selama 28 tahun. Pemerintahannya mempunyai pengaruh kuat di Jawa Barat. Adalah
kakaknya, Prabu Purnawarman yang membuat Prasasti Tugu, sebelah timur Tanjung
Priuk dalam pembuatan saluran Kali Gomati, Prasasti Batu Tulis di Ciampea,
Bogor.
Untuk menguasai Jawa Timur, Prabu Watugunung
mengawini puteri Begawan Kondang, yaitu Dewi Soma dan Dewi Tumpak. Dia juga
mengawini Ratu Negeri Taruma yang bernama Dewi Sitowoko.
Dalam pemerintahannya terjadi perebutan tahta
dengan Dewi Sri Yuwati, saudara lain ibu (Dewi Landep). Dewi Sri Yuwati dibantu
adiknya lain ibu, Joko Sadono (putera Dewi Soma). Akhirnya Prabu Watugunung
berhasil dikalahkan, dan Joko Sadono menggantikan tahtanya dengan gelar Prabu
Wisnupati, permaisurinya Dewi Sri. Kakak Dewi Sri diangkat sebagai raja Taruma,
bergelar Prabu Brahma Raja.
SEJARAH
IBU RATU KIDUL
Secara
fakta, Ibu Ratu Kidul, adalah penguasa laut Selatan, dan secara garis
kepemimpinan, Ratu Kidul yang dimaksudkan disini, bukan status nama orang atau
nama pribadi, tapi Gelar sebagai penguasa dari sifat Mulukul Ardi, seperti
orang sering mengatakan "Raja Jawa" kata majmuk ini, bukan simbolis
nama orang, tapi lebih disudutkan pada Gelar kebangsawanan.
Nah, silsilah Ibu ratu Kidul sejak permulaan.
Dikepalai oleh Ratu Bilqist atau istri Nabi Sulaiman A.S, (Dari bangsa Siluman
Azrak) beliau bagian kepala tertinggi yang mengepalai semua Ratu Kidul yang
ada.
Dibawahnya bernama Ratu Alam Azrak, yang
mengepalai Laut Merah (beliau tangan kanan Ratu Bilqist) Sebawahnya dinamakan
Ratu Kidul Sejagat (mengepalai Lautan Pasifik dan India) Dibawahnya lagi
bernama Ratu Kidul Naga Biru (mengepalai dasar laut terdalam) Ratu Naga Biru,
akan menampakkan wujudnya disela Qiamat akan tiba sebagai perusak dasar Gunung,
Kawah,dan Tsunami. Dibawahnya lagi Ratu Kidul Jawa, disini banyak pemimpin,
diantaranya Dewi Nawang Wulan istri dari Jaka Tarub, yang mengepalai Lautan
Jawa-Timur. Dewi Nawang Wulan dan Nawang Sari (anak dari Prabu Siliwangi) yang
mengepalai Lautan Jawa Barat dan sekitarnya. Dewi Nyai Blorong (mengepalai laut
Cilacap) Dewi Fathimah, anak dari Prabu Demak Bintoro, yang dinikah oleh Prabu
Siliwangi, mengepalai Laut Yogya. Dewi Kedthon, mengepalai Laut Purworejo. Dewi
Sekar Arum dan Sekar Kuning, mengepalai Laut Kebumen dan sekitarnya. Dewi
Selaasih atau Kedasih, mengepalai Laut Jakarta.
Adapun kelahiran Pulau Jawa adalah terlahir
dari Tokoh Legenda Ciung wanara, yang mengawini Nyimas ratu Ayu Purbaya, beliau
terlahir dari Pertapa Sakti (keturunan Sanghyang,Prabu Lalijan) atau Raja
pertama Padjajaran. Dari pertalian darah ini, Ciung Wanara dan
Purbaya,mempunyai 7 turunan, yang semuanya menjadi Raja Padjajaran, yaitu,
1.Lingga Meong,
2.Lingga Wesi,
3.Lingga Wastu,
4.Prabu
Susuk Tunggal,
5.Prabu
Munding,
6.Kawati
7.Prabu
Siliwangi.
Nah terlahirnya Para Wali Jawa, dan penutupnya
Para Sanghyang, dari seorang Prabu Siliwangi dari seorang istri Nyimas Rara
Santang Marta Singa, Putri dari Syeikh Qurrotul ‘Ain. Punya Anak Tiga yaitu:
1.Prabu
Walangsungsang atau Mbah kuwu Cakra Buana.
2.Kiansantang
atau Raden Rahmat-Godog Garut
3.Nyimas
Rara santang atau Syarifah Mudaim.
Adapun penutup Bangsa Sanghyang, Prabu
Siliwangi pernah nikah dengan Ratu Palaga Inggris, dari Bangsa Siluman Seleman,
punya anak Tiga yaitu:
1.Ucuk
Umun (Nghayang di Banten Girang,setelah ditaklukkan oleh Mbah Kuwu Cakra Buana)
2.Nawang
Wulan dan
3.Nawang
Sari (Ngahyang dilaut Selatan Karang Bolong Banten) setelah tahu ayahandanya
ngahyang.
Lalu
bagaimana Prabu Siliwangi menjadi Bapaknya Wali Jawa ? Inilah kronologinya.
Dari Mbah Kuwu Cakra Buana, melahirkan Ratu Pakungwati.yang dinikahkan sama
Kanjeng Syeikh Syarif Hidayatulloh,Putra dari Nyimas Rara Santang (Adiknya Mbah
Kuwu Cakra Buana) lalu Prabu Siliwangi,juga nikah dengan Putri Tumenggung
Demak, yang keturunannya dinikah oleh Sunan kalijaga, Sunan Bonang dan Sunan
Muria.
Adapun
dari Putra Kanjeng Syeikh Syarif, ada yang di nikah oleh Kanjeng Sunan kali
Jaga (Putri kacirbonan) dan ada juga yang di nikah oleh Pangeran Suta Wijaya
(Putri Cimanuk) dari salah Satu Putra Prabu Siliwangi,ada juga yang nikah
dengan keluarga Sunan Ampel dan Sunan Giri, yang putranya di nikah oleh Sunan
Bonang, lalu dari keluarga istri Demak, ada juga yang dinikah sama Arya Bengah,
Aray kemuning dan Syeikh Muhyi Pamijahan. Dari Tumenggung Syahid (Sunan Kali
Jaga) ada yang nikah dengan Pangeran Sapu jagat dan Ki.Gede Antas Angin. Dari
sini hampir 90% keluarga Prabu Siliwangi,masuk semu
KISAH
IBU DEWI LANJAR DAN IBU RATU KIDUL
Secara
pandangan umum, mereka berdua bagian dari kemusyrikan agama. Bahkan tak sedikit
yang mengatakan, mereka ini salah satu ratu yang menyediakan pesugihan. Namun
bila anda paham tentang KETAUHIDAN dan keluasan ilmu Allah, mereka adalah
bagian Abdul Jumud setingkat Waliyulloh. Inilah kisah selengkapnya.
Ibu Ratu Kidul, atau ratu penguasa laut
Selatan, mempunyai beragam versi, seperti halnya pandangan luar Jawa, yang
mengatakan : " bumi Jawa adalah tanah raja" namun sewaktu ditanya,
raja siapa saja yang ada di tanah Jawa, mereka tidak bisa menjawab. Pandangan
ini sama halnya dengan ibu Ratu Kidul. Dalam Hakikat yang ada.
Ibu Ratu Kidul yang ada melegendaris di
seluruh dunia :
1.Ratu
Bilqist (Istri Nabi Sulaiman AS) beliau adalah ratu dari semua ratu bangsa
Ahlus Simar,turun di zaman Ketauhidan.
2.Ratu
Kidul Hizib Azrak. Beliau menguasai Laut Selatan bagian Bagdad dan sekitarnya,
beliau juga bagian dari tangan Ratu Bilqist.
3.Ratu
Naga Biru Lapis tiga, beliau salah satu ratu dedemit sebelum Walisongo, dan
pernah menduduki sebagai penguasa Laut Selatan. Ratu Naga biru salah satu dari
guru semua Ratu Pantai Selatan yang ada di pulau Jawa.
4.Dewi
Nawang Wulan
5.Nawang
Sari. Beliau berdua putri dari Prabu Siliwangi, dari Ratu Palaga Inggris
(bangsa Ahmar Seleman) yang pada akhirnya ngahyang dan menjadi penguasa Laut
Selatan, bagian Jawa Barat dan Cilacap
6.Dewi
Nawang Wulan, istri dari Joko Tarub, menguasai bagian laut Selatan Jawa Tengah
dan Solo.
7.Siti
Fathimah Demak Bintoro, beliau salah satu putri Prabu Siliwangi dari keluarga
Demak Bintoro, yang akhirnya ngahyang dan menjadi penguasa laut Selatan bagian
Yogyakarta.
8.Dewi
Kencono Wungu, istri dari Joko Tingkir, penguasa laut Selatan bagian Wonosobo
dan Magelang.
9.Dewi
Andini, Putra dari Ibu Ratu Kidul Nawang Wulan bin Prabu Siliwangi, yang
menguasai bagian Tasik dan sekitarnya.
10.Nyi
Blorong,putri Prabu Siliwangi, dari ratu Seleman, yang menguasai bagian Cilacap
dan pulau Penyu (nusa kambangan)
Ratu
Sejagat Alam dan putrinya, menguasai
dari 7 generasi dan paling lama menduduki ratu pantai Selatan, terhitung dari
zaman Togog, Adli, Seleman, Lelembut dan baru ngahyang pada zaman Wali Songo.
Sedangkan Dewi Lanjar atau Siti Hj.Khodijah
binti pangeran Demak Raja Pulasaren, beliau adalah ratu tunggal yang menguasai
laut Utara. Dewi lanjar ini pernah menjadi istri dari Mbah Kuwu Cakra Buana,
Cirebon, yang menempati pulau Selamaran Pekalongan.
Dari semua Ibu Ratu diatas, kita hanya paham
satu ibu Ratu kidul, yaitu, era WaliSongo, Dewi Nawang Wulan dan Nyi Blorong.
Nah, sekedar ulasan kecil, kami akan ceritakan kronologi perjalanan Ibu Dewi
nawang Wulan dan Dewi Lanjar, di era yang sama.
Dalam nasab atau sifat keturunan, Allah telah
menjadikan dua arah yang saling bersebrangan tapi satu ikatan, yaitu dari Anwas
dan Anfus,dari keduanya melahirkan dua jalur yang berbeda : Turun ke para Nabi
- Turun ke Sanghyang.
Dari nasab Nabi menghadirkan keturunan para
Waliyulloh dan dari nasab Sanghyang,menurunkan Para Ahlul Bathin atau
kesaktian.Dari perjalanan Ahlul Bathin, Allah menempatkan keturunan Sanghyang
ini ke sifat penjaga alam atau disebut Abdul Jumud (bangsa lelembut) Sedangkan
dari nasab sampai ke Nabi Allah menciptakan sifat kholifah atau pemimpin umat.
Secara ilmu Tauhid,seluruh Bangsa Abdul
Jumud,diciptakan sebagai pendamping kekuatan Walisongo,sebab mereka tercipta
sebagai hamba Abdul Jumud, dan hanya tunduk terhadap Bangsa Athob. Adapun Abdul
jumud disini, terbagi menjadi 2 kelompok,
1. Kelompok Abyad (putih)
2. Kelompok Aswad (hitam)
Sama seperti manusia, Baik (lembut) anarkis
(jahat) Kisah Ibu Ratu Dewi Nawang Wulan, dalam hidupnya beliau pernah di
nikahi oleh beberapa Waliyulloh, diantaranya : Syeikh Abdurrahman atau Pangeran
Panjunan, Ki.Gede Plered, Arya Panangsang, Raja Samudra, pangeran Bulakamba,
Arya Bengah dan yang terakhir kanjeng Sunan Kali Jaga. Adapun Dewi
lanjar,pernah dinikah oleh Raja Mataram, Kiyai Tubagus Ampel, pangeran Samudra, Arya sabakingking dan
terakhir Mbah Kuwu Cakra Buana kedua penguasa laut ini masih golongan sanghyang
atau abdul jumud (lelembut) lalu bagaimana dengan pandangan orang umum dalam
menyikapi mereka yang konon sebagi lambang pesugihan ?????
Dalam
ilmu tauhid dijelaskan : Bahwa Allah SWT, akan membagi rejekinya di tiga
golongan : Para nabi seturunannya/ Manusia.Bangsa Jin dan Lelembut. Dari
perjalanan rejeki ini yang diberikan oelh Allah, hanya para lelembutlah yang
mampu mengendalikan keuangan. Sebab mereka tercipta sebagi hamba yang selalu
memakai aturan. Sedangkan bangsa Nabi, Wali atau Manusia serta bangsa Jin,
semuanya lebih memasrahkan hartanya demi agama (perjalanan secara hukum agama)
Jadi masuk akal secara pandangan Hukum, bila
para abdul jumud, lebih memperkaya dalam hal materi dari pada sifat manusia
atau jin, sehingga dengan sifat anarkis dan nafsu sahwatnya para mansuia dan
jin, mereka yang kurang iman, memohon kepada para abdul jumud.Nah...disini
proses terjadinya PESUGIHAN.manusia dan jin, memaksa kehendak, seperti secara
lahiriyyah, mereka masuk dalam sifat RENTENIR semakin kita masuk semakin hidup
kita hancur.
Adapun bangsa Abdul Jumud, tinggal menerima
segala apa yang dijanjikan manusia bejat dan tak bermoral. Sudah jelas bahwa
Allah SWT, telah membagi rejekinya dengan cara kasbi, tapi ada saja manusia dan
jin memakai caranya sediri dengan wasilah bangsa lainnya. Maka secara hukum SAH
para abdul jumud menunutut kita.
Inilah susunan Alam, menurut kitab : Bumi,
tercipta bagi manusia dan jin, juga lelembut dan ahmar serta bangsa Abdul jumud
lainnya. Bumi tercipta 7 lapis astral / hijab dan mempunyai 70 alam yang
berbeda sampai ke tingkat alam Kubur. Dan dalam beribadah, hanya manusia, jin,
serta bangsa Malaikat yang ibadahnya sama (mengikuti Al-Hadi/Rosululloh SAW)
Adapun alam kedua paling atas, disebut bangsa
Togog/Siluman Seleman, yang dipimpin oleh Ratu Sejagat atau zaman ini di sebut
sebagai era kegelapan. Alam atas ke Tiga disebut Adlun atau Masa akhir, dihuni
oleh Naga, dan dipimpin oleh Raja Naga Biru. Alam ini akan menyatu bersama kita
/ manusia di hari akhir (akan kiamat) Sebab sudah diFirmankan oleh Allah SWT "Semua
mahkluk Qun / naga besar, akan bermunculan seiring zaman akhir mulai terbuka.
Alam ke Empat disebut Azrak. alam ini dikepalai oleh istri Nabi Sulaiman AS,
yaitu Ratu Bilqist. Alam ke lima disebut Syayatin atau setan, alam ini disebut
alam penghancur jin dan manusia. Adapun alam seterusnya di huni oleh bangsa
Wali yang sudah wafat maupun belum yaitu, Alam Barry dan alam Thuroby. Alam di
atasnya lagi di huni para nabi dan malaikat serta seterusnya".
Jadi salah besar jika kita berfikir bahwa
apapun bangsa halus itu disebut bangsa Jin, sebab masih banyak alam lain yang
kita tidak paham.
Seperti ucapannya Imam Ibnu Salam : "
Sesungguhnya alam yang ada diseluruh alam jagat ini mempunyai 600 alam yang
berbeda dan semua terpenghuni dengan mahkluknya dengan sifat berbeda pula.
Namun alam yang paling mulia dihadapan Allah, adalah alam manusia/dunia.Sebab
alam dunia tempatnya derajat dan alam mulia pula terlahir adanya para Nabi dan
Rosululloh SAW ke sifat keluarga Wali Songo.....
IBU
RATU KIDUL : MANUSIA ATAU SILUMAN?
Kalau
kita mendengar ratu kidul langsung terbayang hal-hal mistis, merinding badan
kita, musrik dan tidak masuk akal. Sebelum saya cerita siapa sebenarnya beliau
perlu diketahui dulu bahwa Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT
paling mulia dan tinggi derajatnya dibanding makhluk-makhluk ciptaan ALLAH lain
sekalipun malaikat.
Siapa
Ibu Ratu Kidul?
Kita
kembali ke pada jaman dulu (jaman Hindu/Nabi Sis AS) tepatnya jaman Aji Saka,
Aji Sakti dan Aji Putih. Ketiganya adalah kembar dan putra dari Raja Sungging
Perbangkala dengan Ibu Ratu Dewi Arumba kerajaan dari India dekat Sungai
Yamuna. Setelah meningkat dewasa ketiganya mempunyai kesaktian dan kepandaian
yang setara sehingga membuat Raja melakukan sayembara kepada ketiganya untuk
memperebutkan pusaka Kembang Cangkok Wijaya Kusuma yang selalu diikuti oleh
pusaka Cakra Bijaksana dan Tiwi Krama. Siapa yang mendapatkan pusaka itu akan
ditunjuk menjadi Raja. Oleh Patih Kerajaan, Patih Abiyasa yang sakti pusaka
kembang cangkok wijaya kusuma dilempar jauh-jauh. Akhirnya ketiga putra raja
mengejar pusaka itu dengan kesaktian mereka masing-masing.
Sampailah
pada satu masa dan tempat dimana pusaka itu ternyata jatuhnya di sekitar
Nusantara tepatnya di pulau Jawa. Setelah berbulan-bulan mengejar akhirnya
mereka tiba di pulau Jawa.
Singkat
cerita seiring dengan waktu, ternyata yang menemukan pusaka itu adalah Aji
Putih (bungsu). Dengan sikap yang elegan dan tenang disampaikanlah penemuannya
kepada Aji Sakti (tengah) dan dikatakan oleh Aji Sakti bahwa ini adalah kehendak
Sang Hyang Wenang (Tuhan bahasa sekarangnya). Tiba-tiba datanglah Aji Saka
(sulung) dengan nafsunya dan cenderung iri merebut pusaka itu dari Aji Putih
tetapi ditahan oleh Aji Sakti sehingga tetap dipegang oleh Aji Putih. Pada saat
itu Aji Putih mengatakan kalau memang kakak sulungnya menginginkan pusaka akan
diberikan. Aji Saka mengatakan itu memang hak dia sebagai kakak tertua tetapi
ditolak oleh Aji Sakti dengan mengatakan sesuai dengan pesan dan janji dari
ayahanda bahwa yang menemukan pusaka akan dijadikan raja maka Aji Putihlah yang
berhak menjadi Raja.
Aji
Saka terus beragumen dan tetap menginginkan pusaka tetapi selalu dibantah oleh
Aji Sakti sehingga terjadilah perang mulut dan perang fisik diantara keduanya
sementara Aji Putih tetap pasrah dan ikhlas. Disini ditunjuukkan bahwa pasrah
dan ikhlas yang tawadu pasti menuai hasil yang baik.
Perang
antara kakak-adik terus terjadi tidak ada yang menang dan yang kalah sampai
waktu bertahun-tahun sampai berabad bahkan sekarang.Karena bosan berperang, Aji
Saka akhirnya pergi ke timur tepatnya daerah Banyuwangi (Alas Purwo). Disitulah
Aji Saka merintis dan mendirikan kerajaan secara turun menurun mulai dari Daha,
Kediri, Singasari, Majapahit sampai Mataram. Ingat like father like son, sifat
iri dan gila kekuasaan selalu menyertai perjalanan anak cucu Aji Saka sehingga
kita dapat menyaksikan sejarah perebutan kekuasaan Ken Arok-Tunggul Ametung,
Tribuana Tunggal Dewi sampai kerajaan Mataram menjadi dua Yogyakarta dan
Surakarta bahkan sekarang keraton Surakarta sempat pecah memperebutkan
kekuasaan menjadi Mangkunegaran.
Bagaimana
dengan Aji Putih? Aji Putih bersama turunannya mendirikan kerajaan Galeuh
Pakuan sedangkan Aji Sakti mendirikan kerajaan Pajajaran yang sebenarnya hanya
seolah-olah.Maksudnya mendirikan kerajaan tetapi tidak menjadi raja alias
menjadi Pandita) dan selalu melindungi adiknya dari serangan Aji Saka.
Hubungannya
dengan Ratu Kidul? Aji Sakti mempunyai 2 anak yaitu Dewi Sri Pohaci (sering
dipanggil Cinde Maya) dan Jaka Manggala. Karena kecantikan Dewi Pohaci, banyak
pria terutama kaum bangsawan menginginkannya menjadi calon istri mereka
sehingga dibuatlah sayembara oleh Aji Sakti siapa yang dapat mengalahkan
kesaktian Jaka Manggala maka akan ditunjuk sebagai suami Dewi Sri Pohaci.
Seiring waktu, kesaktian Jaka Manggala tidak dapat dikalahkan oleh pria manapun
sehingga membuat Dewi Sri Pohaci merenung dan sedih memikirkan nasibnya. Kalau
begini terus bisa bisa gue nggak kawin-kawin nih (dalam hatinya). Sikap Dewi
Sri Pohaci inilah membuat Jaka Manggala merasa bersalah tetapi dia sangat
mencintai kakaknya sampai kapanpun.
Setelah
merenung dan berpikir, Jaka Manggala memutuskan akan menghilang dari hadapan
Dewi Sri Pohaci agar dapat menikah dengan pria idamannya dengan syarat dia
menghilang tapi tidak jauh dari kakaknya. Caranya? Dengan kesaktiannya, Jaka
Manggala masuk ke dalam kemaluan Kakaknya sampai ditemukan calon suami yang
ideal buat kakaknya.
Hari
berganti hari, bulan berganti bulan, sampai abad berganti abad, masuklah masa
Islam di tanah Jawa. Suatu hari Wali Songo memanggil Panembahan Senopati untuk
memberitahukan peristiwa besar yang akan dialami oleh Panembahan Senopati.
Dikatakannya Panembahan Senopati akan menemukan calon istri yang ideal tetapi
ada petunjuk buat dia bahwa setelah menikah Panembahan Senopati dilarang untuk
melakukan hubungan badan dengan istrinya selama 40 hari dan selama itu
melakukan shalat Tahajud dengan amalan yang telah ditentukan.
Benar
saja, suatu hari ketika berburu di hutan, Panembahan Senopati bertemu seorang
wanita yang sangat cantik sekali dan dia sangat terpesona akan tutur bahasanya
yang santun. Akhirnya wanita itu diajaklah ke kediaman beliau karena ternyata
wanita itu tinggal seorang diri di hutan. Beliau mengabarkan kepada para wali
apakah ini calon istri yang ideal. Ternyata benar dan menikahlah keduanya
tetapi Panembahan Senopati tidak lupa akan amanat para wali selama 40 hari
melakukan amalan dari para wali.
Pada
hari ketiga terjadilah peristiwa yang akan mengubah tatanan dan sikap
masyarakat Jawa terhadap pantai Selatan. yaitu ketika sedang wirid tepat di
samping kelambu istrinya tiba-tiba Panembahan Senopati melihat seorang pria ada
dalam kelambu itu. Ternyata pria di dalam kelambu itu tidak lain dan tidak
bukan adalah Jaka Manggala, adik dari istrinya yaitu Dewi Sri Pohaci (berganti
nama menjadi Cinde maya pada jaman itu). Rupanya Jaka Manggala keluar dari
kemaluan kakaknya karena tidak kuat lagi menahan panasnya energi yang keluar
dari setiap ayat Qur'an yang diwiridkan oleh Panembahan Senopati.
Panembahan
Senopati sempat berpikir apakah istrinya telah berbuat serong dan dikejarlah
Jaka Manggala tetapi dengan kelihaiannya berhasil melarikan diri dengan
cepatnya tanpa bisa dikejar oleh Panembahan Senopati. Ketika kembali ke
kediaman Panembahan, ternyata Cinde Maya sudah tidak ada di kamarnya dan
kelihatan melarikan diri juga karena merasa malu kepada Panembahan Senopati
yang sudah dianggapnya sebagai pria dan suami yang baik dan beriman. Akhirnya
dengan tergopoh-gopoh Cinde Maya sampailah di tepi jurang di Pantai Selatan
dengan maksud bunuh dri ketika akan menceburkan diri, ada seorang pria yang
memegang pundaknya sehingga selamatlah Cinde Maya. Siapakah Pria itu?
Pria
itu adalah Nabi Khidir AS, dengan suara yang lantang ditegur dan dimarahilah
Cinde Maya dengan mengingatkan bahwa sebagai manusia yang melakukan tindakan
bunuh diri adalah dosa besar dan tidak diampuni oleh ALLAH SWT serta
jaminannnya adalah neraka. Sambil menangis, Cinde Maya mengatakan apa yang
harus dilakukan untuk menutupi aib itu. Oleh Nabi Khidir AS itu bukan aib tapi
itu adalah takdir ALLAH SWT, atas seijin ALLAH, Nabi Khidir menawarkan kepada
Cinde Maya untuk tinggal di Laut Selatan (alam gaib) sekaligus bertugas menjaga
harta warisan Nabi Sulaeman AS (Nabi terkaya) dan juga ikut melestarikan alam
lingkungan sepanjang pantai selatan Jawa. Cinde Maya menyetujuinya hingga
sekarang masih menetapi laut selatan yang dikenal dengan Ibu Ratu Kidul.
Pertanyaannya
adalah siapa sebenarnya yang selama ini digambarkan dengan wanita cantik pada
lukisan dan kemunculan di sekitar laut selatan? Wanita itu adalah Nyi Blorong,
siluman yang merupakan panglima dari Ibu Ratu Kidul dengan sifat yang kurang
baik seperti tidak ingin disamakan dengan manusia baik pakaian, fisik dan lain
sebagainya, Kalau di darat dikuasai oleh Centing Manik (SIluman) sedangkan di
pantai Utara Jawa dikuasai Dewi Lanjar (siluman).
Jadi
kesimpulannya adalah Ibu Ratu Kidul adalah manusia juga yang mengalami proses
penuaan fisik dan karena Kun Faya Kun-nya ALLAH, beliau dapat berada di dua
alam serta selalu melindungi anak cucunya. Begitulah ceritanya, jadi sebagai
manusia , kita tidak boleh takut pada hal-hal mistik, klenik dan lain
sebagainya apalagi jin dan setan tetapi yang kita takutkan adalah diri kita
sendiri dalam mengendalikan nafsu manusia. Haya min autiha ka bada min sahadati
(bahasa ibrani: ingat akan adat kita yang sah sebagai manusia) mudah-mudahan
bermanfaat dan terus tingkatkan ibadah kepada ALLAH SWT dan bermanfaat bagi
manusia dan alam sekitarnya.
3.Ratu Naga Biru Lapis tiga, beliau salah satu ratu dedemit sebelum Walisongo, dan pernah menduduki sebagai penguasa Laut Selatan. Ratu Naga biru salah satu dari guru semua Ratu Pantai Selatan yang ada di pulau Jawa.
4.Dewi Nawang Wulan
5.Nawang Sari. Beliau berdua putri dari Prabu Siliwangi, dari Ratu Palaga Inggris (bangsa Ahmar Seleman) yang pada akhirnya ngahyang dan menjadi penguasa Laut Selatan, bagian Jawa Barat dan Cilacap
6.Dewi Nawang Wulan, istri dari Joko Tarub, menguasai bagian laut Selatan Jawa Tengah dan Solo.
7.Siti Fathimah Demak Bintoro, beliau salah satu putri Prabu Siliwangi dari keluarga Demak Bintoro, yang akhirnya ngahyang dan menjadi penguasa laut Selatan bagian Yogyakarta.
8.Dewi Kencono Wungu, istri dari Joko Tingkir, penguasa laut Selatan bagian Wonosobo dan Magelang.
9.Dewi Andini, Putra dari Ibu Ratu Kidul Nawang Wulan bin Prabu Siliwangi, yang menguasai bagian Tasik dan sekitarnya.
10.Nyi Blorong,putri Prabu Siliwangi, dari ratu Seleman, yang menguasai bagian Cilacap dan pulau Penyu (nusa kambangan)
Ratu Sejagat Alam dan putrinya, menguasai dari 7 generasi dan paling lama menduduki ratu pantai Selatan, terhitung dari zaman Togog, Adli, Seleman, Lelembut dan baru ngahyang pada zaman Wali Songo.
Sedangkan Dewi Lanjar atau Siti Hj.Khodijah binti pangeran Demak Raja Pulasaren, beliau adalah ratu tunggal yang menguasai laut Utara. Dewi lanjar ini pernah menjadi istri dari Mbah Kuwu Cakra Buana, Cirebon, yang menempati pulau Selamaran Pekalongan.
Dari semua Ibu Ratu diatas, kita hanya paham satu ibu Ratu kidul, yaitu, era WaliSongo, Dewi Nawang Wulan dan Nyi Blorong. Nah, sekedar ulasan kecil, kami akan ceritakan kronologi perjalanan Ibu Dewi nawang Wulan dan Dewi Lanjar, di era yang sama.
Dalam nasab atau sifat keturunan, Allah telah menjadikan dua arah yang saling bersebrangan tapi satu ikatan, yaitu dari Anwas dan Anfus,dari keduanya melahirkan dua jalur yang berbeda : Turun ke para Nabi - Turun ke Sanghyang.
Dari nasab Nabi menghadirkan keturunan para Waliyulloh dan dari nasab Sanghyang,menurunkan Para Ahlul Bathin atau kesaktian.Dari perjalanan Ahlul Bathin, Allah menempatkan keturunan Sanghyang ini ke sifat penjaga alam atau disebut Abdul Jumud (bangsa lelembut) Sedangkan dari nasab sampai ke Nabi Allah menciptakan sifat kholifah atau pemimpin umat.
Secara ilmu Tauhid,seluruh Bangsa Abdul Jumud,diciptakan sebagai pendamping kekuatan Walisongo,sebab mereka tercipta sebagai hamba Abdul Jumud, dan hanya tunduk terhadap Bangsa Athob. Adapun Abdul jumud disini, terbagi menjadi 2 kelompok,
1. Kelompok Abyad (putih)
2. Kelompok Aswad (hitam)
Sama seperti manusia, Baik (lembut) anarkis (jahat) Kisah Ibu Ratu Dewi Nawang Wulan, dalam hidupnya beliau pernah di nikahi oleh beberapa Waliyulloh, diantaranya : Syeikh Abdurrahman atau Pangeran Panjunan, Ki.Gede Plered, Arya Panangsang, Raja Samudra, pangeran Bulakamba, Arya Bengah dan yang terakhir kanjeng Sunan Kali Jaga. Adapun Dewi lanjar,pernah dinikah oleh Raja Mataram, Kiyai Tubagus Ampel, pangeran Samudra, Arya sabakingking dan terakhir Mbah Kuwu Cakra Buana kedua penguasa laut ini masih golongan sanghyang atau abdul jumud (lelembut) lalu bagaimana dengan pandangan orang umum dalam menyikapi mereka yang konon sebagi lambang pesugihan ?????
Dalam ilmu tauhid dijelaskan : Bahwa Allah SWT, akan membagi rejekinya di tiga golongan : Para nabi seturunannya/ Manusia.Bangsa Jin dan Lelembut. Dari perjalanan rejeki ini yang diberikan oelh Allah, hanya para lelembutlah yang mampu mengendalikan keuangan. Sebab mereka tercipta sebagi hamba yang selalu memakai aturan. Sedangkan bangsa Nabi, Wali atau Manusia serta bangsa Jin, semuanya lebih memasrahkan hartanya demi agama (perjalanan secara hukum agama)
Jadi masuk akal secara pandangan Hukum, bila para abdul jumud, lebih memperkaya dalam hal materi dari pada sifat manusia atau jin, sehingga dengan sifat anarkis dan nafsu sahwatnya para mansuia dan jin, mereka yang kurang iman, memohon kepada para abdul jumud.Nah...disini proses terjadinya PESUGIHAN.manusia dan jin, memaksa kehendak, seperti secara lahiriyyah, mereka masuk dalam sifat RENTENIR semakin kita masuk semakin hidup kita hancur.
Adapun bangsa Abdul Jumud, tinggal menerima segala apa yang dijanjikan manusia bejat dan tak bermoral. Sudah jelas bahwa Allah SWT, telah membagi rejekinya dengan cara kasbi, tapi ada saja manusia dan jin memakai caranya sediri dengan wasilah bangsa lainnya. Maka secara hukum SAH para abdul jumud menunutut kita.
Inilah susunan Alam, menurut kitab : Bumi, tercipta bagi manusia dan jin, juga lelembut dan ahmar serta bangsa Abdul jumud lainnya. Bumi tercipta 7 lapis astral / hijab dan mempunyai 70 alam yang berbeda sampai ke tingkat alam Kubur. Dan dalam beribadah, hanya manusia, jin, serta bangsa Malaikat yang ibadahnya sama (mengikuti Al-Hadi/Rosululloh SAW)
Adapun alam kedua paling atas, disebut bangsa Togog/Siluman Seleman, yang dipimpin oleh Ratu Sejagat atau zaman ini di sebut sebagai era kegelapan. Alam atas ke Tiga disebut Adlun atau Masa akhir, dihuni oleh Naga, dan dipimpin oleh Raja Naga Biru. Alam ini akan menyatu bersama kita / manusia di hari akhir (akan kiamat) Sebab sudah diFirmankan oleh Allah SWT :
"Semua mahkluk Qun / naga besar, akan bermunculan seiring zaman akhir mulai terbuka. Alam ke Empat disebut Azrak. alam ini dikepalai oleh istri Nabi Sulaiman AS, yaitu Ratu Bilqist. Alam ke lima disebut Syayatin atau setan, alam ini disebut alam penghancur jin dan manusia. Adapun alam seterusnya di huni oleh bangsa Wali yang sudah wafat maupun belum yaitu, Alam Barry dan alam Thuroby. Alam di atasnya lagi di huni para nabi dan malaikat serta seterusnya".
Jadi salah besar jika kita berfikir bahwa apapun bangsa halus itu disebut bangsa Jin, sebab masih banyak alam lain yang kita tidak paham.
Seperti ucapannya Imam Ibnu Salam : " Sesungguhnya alam yang ada diseluruh alam jagat ini mempunyai 600 alam yang berbeda dan semua terpenghuni dengan mahkluknya dengan sifat berbeda pula. Namun alam yang paling mulia dihadapan Allah, adalah alam manusia/dunia.Sebab alam dunia tempatnya derajat dan alam mulia pula terlahir adanya para Nabi dan Rosululloh SAW ke sifat keluarga Wali Songo.....
IBU RATU KIDUL : MANUSIA ATAU SILUMAN?
Kalau kita mendengar ratu kidul langsung terbayang hal-hal mistis, merinding badan kita, musrik dan tidak masuk akal. Sebelum saya cerita siapa sebenarnya beliau perlu diketahui dulu bahwa Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT paling mulia dan tinggi derajatnya dibanding makhluk-makhluk ciptaan ALLAH lain sekalipun malaikat.
Siapa Ibu Ratu Kidul?
Kita kembali ke pada jaman dulu (jaman Hindu/Nabi Sis AS) tepatnya jaman Aji Saka, Aji Sakti dan Aji Putih. Ketiganya adalah kembar dan putra dari Raja Sungging Perbangkala dengan Ibu Ratu Dewi Arumba kerajaan dari India dekat Sungai Yamuna. Setelah meningkat dewasa ketiganya mempunyai kesaktian dan kepandaian yang setara sehingga membuat Raja melakukan sayembara kepada ketiganya untuk memperebutkan pusaka Kembang Cangkok Wijaya Kusuma yang selalu diikuti oleh pusaka Cakra Bijaksana dan Tiwi Krama. Siapa yang mendapatkan pusaka itu akan ditunjuk menjadi Raja. Oleh Patih Kerajaan, Patih Abiyasa yang sakti pusaka kembang cangkok wijaya kusuma dilempar jauh-jauh. Akhirnya ketiga putra raja mengejar pusaka itu dengan kesaktian mereka masing-masing.
Sampailah pada satu masa dan tempat dimana pusaka itu ternyata jatuhnya di sekitar Nusantara tepatnya di pulau Jawa. Setelah berbulan-bulan mengejar akhirnya mereka tiba di pulau Jawa.
Singkat cerita seiring dengan waktu, ternyata yang menemukan pusaka itu adalah Aji Putih (bungsu). Dengan sikap yang elegan dan tenang disampaikanlah penemuannya kepada Aji Sakti (tengah) dan dikatakan oleh Aji Sakti bahwa ini adalah kehendak Sang Hyang Wenang (Tuhan bahasa sekarangnya). Tiba-tiba datanglah Aji Saka (sulung) dengan nafsunya dan cenderung iri merebut pusaka itu dari Aji Putih tetapi ditahan oleh Aji Sakti sehingga tetap dipegang oleh Aji Putih. Pada saat itu Aji Putih mengatakan kalau memang kakak sulungnya menginginkan pusaka akan diberikan. Aji Saka mengatakan itu memang hak dia sebagai kakak tertua tetapi ditolak oleh Aji Sakti dengan mengatakan sesuai dengan pesan dan janji dari ayahanda bahwa yang menemukan pusaka akan dijadikan raja maka Aji Putihlah yang berhak menjadi Raja.
Aji Saka terus beragumen dan tetap menginginkan pusaka tetapi selalu dibantah oleh Aji Sakti sehingga terjadilah perang mulut dan perang fisik diantara keduanya sementara Aji Putih tetap pasrah dan ikhlas. Disini ditunjuukkan bahwa pasrah dan ikhlas yang tawadu pasti menuai hasil yang baik.
Perang antara kakak-adik terus terjadi tidak ada yang menang dan yang kalah sampai waktu bertahun-tahun sampai berabad bahkan sekarang.Karena bosan berperang, Aji Saka akhirnya pergi ke timur tepatnya daerah Banyuwangi (Alas Purwo). Disitulah Aji Saka merintis dan mendirikan kerajaan secara turun menurun mulai dari Daha, Kediri, Singasari, Majapahit sampai Mataram. Ingat like father like son, sifat iri dan gila kekuasaan selalu menyertai perjalanan anak cucu Aji Saka sehingga kita dapat menyaksikan sejarah perebutan kekuasaan Ken Arok-Tunggul Ametung, Tribuana Tunggal Dewi sampai kerajaan Mataram menjadi dua Yogyakarta dan Surakarta bahkan sekarang keraton Surakarta sempat pecah memperebutkan kekuasaan menjadi Mangkunegaran.
Bagaimana dengan Aji Putih? Aji Putih bersama turunannya mendirikan kerajaan Galeuh Pakuan sedangkan Aji Sakti mendirikan kerajaan Pajajaran yang sebenarnya hanya seolah-olah.Maksudnya mendirikan kerajaan tetapi tidak menjadi raja alias menjadi Pandita) dan selalu melindungi adiknya dari serangan Aji Saka.
Hubungannya dengan Ratu Kidul? Aji Sakti mempunyai 2 anak yaitu Dewi Sri Pohaci (sering dipanggil Cinde Maya) dan Jaka Manggala. Karena kecantikan Dewi Pohaci, banyak pria terutama kaum bangsawan menginginkannya menjadi calon istri mereka sehingga dibuatlah sayembara oleh Aji Sakti siapa yang dapat mengalahkan kesaktian Jaka Manggala maka akan ditunjuk sebagai suami Dewi Sri Pohaci. Seiring waktu, kesaktian Jaka Manggala tidak dapat dikalahkan oleh pria manapun sehingga membuat Dewi Sri Pohaci merenung dan sedih memikirkan nasibnya. Kalau begini terus bisa bisa gue nggak kawin-kawin nih (dalam hatinya). Sikap Dewi Sri Pohaci inilah membuat Jaka Manggala merasa bersalah tetapi dia sangat mencintai kakaknya sampai kapanpun.
Setelah merenung dan berpikir, Jaka Manggala memutuskan akan menghilang dari hadapan Dewi Sri Pohaci agar dapat menikah dengan pria idamannya dengan syarat dia menghilang tapi tidak jauh dari kakaknya. Caranya? Dengan kesaktiannya, Jaka Manggala masuk ke dalam kemaluan Kakaknya sampai ditemukan calon suami yang ideal buat kakaknya.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, sampai abad berganti abad, masuklah masa Islam di tanah Jawa. Suatu hari Wali Songo memanggil Panembahan Senopati untuk memberitahukan peristiwa besar yang akan dialami oleh Panembahan Senopati. Dikatakannya Panembahan Senopati akan menemukan calon istri yang ideal tetapi ada petunjuk buat dia bahwa setelah menikah Panembahan Senopati dilarang untuk melakukan hubungan badan dengan istrinya selama 40 hari dan selama itu melakukan shalat Tahajud dengan amalan yang telah ditentukan.
Benar saja, suatu hari ketika berburu di hutan, Panembahan Senopati bertemu seorang wanita yang sangat cantik sekali dan dia sangat terpesona akan tutur bahasanya yang santun. Akhirnya wanita itu diajaklah ke kediaman beliau karena ternyata wanita itu tinggal seorang diri di hutan. Beliau mengabarkan kepada para wali apakah ini calon istri yang ideal. Ternyata benar dan menikahlah keduanya tetapi Panembahan Senopati tidak lupa akan amanat para wali selama 40 hari melakukan amalan dari para wali.
Pada hari ketiga terjadilah peristiwa yang akan mengubah tatanan dan sikap masyarakat Jawa terhadap pantai Selatan. yaitu ketika sedang wirid tepat di samping kelambu istrinya tiba-tiba Panembahan Senopati melihat seorang pria ada dalam kelambu itu. Ternyata pria di dalam kelambu itu tidak lain dan tidak bukan adalah Jaka Manggala, adik dari istrinya yaitu Dewi Sri Pohaci (berganti nama menjadi Cinde maya pada jaman itu). Rupanya Jaka Manggala keluar dari kemaluan kakaknya karena tidak kuat lagi menahan panasnya energi yang keluar dari setiap ayat Qur'an yang diwiridkan oleh Panembahan Senopati.
Panembahan Senopati sempat berpikir apakah istrinya telah berbuat serong dan dikejarlah Jaka Manggala tetapi dengan kelihaiannya berhasil melarikan diri dengan cepatnya tanpa bisa dikejar oleh Panembahan Senopati. Ketika kembali ke kediaman Panembahan, ternyata Cinde Maya sudah tidak ada di kamarnya dan kelihatan melarikan diri juga karena merasa malu kepada Panembahan Senopati yang sudah dianggapnya sebagai pria dan suami yang baik dan beriman. Akhirnya dengan tergopoh-gopoh Cinde Maya sampailah di tepi jurang di Pantai Selatan dengan maksud bunuh dri ketika akan menceburkan diri, ada seorang pria yang memegang pundaknya sehingga selamatlah Cinde Maya. Siapakah Pria itu?
Pria itu adalah Nabi Khidir AS, dengan suara yang lantang ditegur dan dimarahilah Cinde Maya dengan mengingatkan bahwa sebagai manusia yang melakukan tindakan bunuh diri adalah dosa besar dan tidak diampuni oleh ALLAH SWT serta jaminannnya adalah neraka. Sambil menangis, Cinde Maya mengatakan apa yang harus dilakukan untuk menutupi aib itu. Oleh Nabi Khidir AS itu bukan aib tapi itu adalah takdir ALLAH SWT, atas seijin ALLAH, Nabi Khidir menawarkan kepada Cinde Maya untuk tinggal di Laut Selatan (alam gaib) sekaligus bertugas menjaga harta warisan Nabi Sulaeman AS (Nabi terkaya) dan juga ikut melestarikan alam lingkungan sepanjang pantai selatan Jawa. Cinde Maya menyetujuinya hingga sekarang masih menetapi laut selatan yang dikenal dengan Ibu Ratu Kidul.
Pertanyaannya adalah siapa sebenarnya yang selama ini digambarkan dengan wanita cantik pada lukisan dan kemunculan di sekitar laut selatan? Wanita itu adalah Nyi Blorong, siluman yang merupakan panglima dari Ibu Ratu Kidul dengan sifat yang kurang baik seperti tidak ingin disamakan dengan manusia baik pakaian, fisik dan lain sebagainya, Kalau di darat dikuasai oleh Centing Manik (SIluman) sedangkan di pantai Utara Jawa dikuasai Dewi Lanjar (siluman).
Jadi kesimpulannya adalah Ibu Ratu Kidul adalah manusia juga yang mengalami proses penuaan fisik dan karena Kun Faya Kun-nya ALLAH, beliau dapat berada di dua alam serta selalu melindungi anak cucunya. Begitulah ceritanya, jadi sebagai manusia , kita tidak boleh takut pada hal-hal mistik, klenik dan lain sebagainya apalagi jin dan setan tetapi yang kita takutkan adalah diri kita sendiri dalam mengendalikan nafsu manusia. Haya min autiha ka bada min sahadati (bahasa ibrani: ingat akan adat kita yang sah sebagai manusia) mudah-mudahan bermanfaat dan terus tingkatkan ibadah kepada ALLAH SWT dan bermanfaat bagi manusia dan alam sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar