Lutung Faceby ArcaneLEO |
Di Jawa Barat
pada jaman dahulu kala ada sebuah Kerajaan Hindu
yang besar dan cukup kuat, yaitu berpusat di kota Bogor. Kerajaan itu adalah
Kerajaan “Pajajaran”, pada saat itu raja yang memerintah yaitu Prabu Siliwangi.
Beliau sudah lanjut usia dan bermaksud mengangkat Putra Mahkotanya sebagai
penggantinya.
Prabu
Siliwangi mempunyai tiga orang putra dan satu orang putri dari
dua Permaisuri, dari permaisuri yang pertama mempunyai dua orang putra, yaitu
Banyak Cotro dan Banyak Ngampar. Namun sewaktu Banyak Cotro dan Banyak Ngampar
masih kecil ibunya telah meninggal.
Maka
Prabu Siliwangi akhirnya kawin lagi dengan permaisuri yang kedua, yaitu
Kumudaningsih. Pada waktu Dewi Kumuudangingsih diambil menjadi Permaisuri oleh
Prabu Siliwangi, ia mengadakan perjanjian, bahwa jika kelak ia mempunyai putra
laki-laki, maka putranyalah yang harus meggantikan menjadi raja di Pajajaran.
Dari
perkawinannya dengan Dewi Kumudaningsih, Prabu Silliwangi mempunyai seorang
putra dan seorang putri, yaitu: Banyak Blabur dan Dewi Pamungkas.
Pada
suatu hari Prabu Siliwangi memanggil Putra Mahkotanya, Banyak Cotro dan Banyak
Blabur untuk menghadap, maksudnya ialah Prabu Siliwangi akan mengangkat
putranya untuk menggantikan menjadi raja di Pajajaran karena beliau sudah lajut
usia.
Namun
dari kedua Putra Mahkotanya belum ada yang mau diangkat menjadi raja di
Pajajaran. Sebagai putra sulungnya Banyak Cokro mengajukan beberapa alasan,
antara lain alasannya adalah:
- Untuk memerintahkan
Kerajaan dia belum siap, karena belum cukup ilmu.
- Untuk memerintahkan
Kerajaan seorang raja harus ada Permaisuri yang mendampinginya, sedangkan
Banyak Cotro belum kawin.
Banyak
Cotro mengatakan bahwa dia baru kawin kalau sudah bertemu dengan seorang putri
yang parasnya mirip dengan ibunya. Oleh sebab itu Banyak Cotro meminta ijin
pergi dari Kerajaan Pajajaran untuk mencari putri yang menjadi idamannya.
Kepergian
Banyak Cotro dari Kerajaan Pajajaran melalui gunung Tangkuban
Perahu,
untuk menghadap seorang pendeta yang bertempat di sana. Pendeta itu ialah Ki
Ajar Winarong, seorang Pendeta sakti dan tahu untuk mempersunting putri yang di
idam-idamkannya dapat tercapai.
Namun
ada beberapa syarat yang harus dilakukan dan dipenuhi oleh Banyak Cotro, yaitu
harus melepas dan menaggalkan semua pakaian kebesaran dari kerajaan dengan
hanya memakai pakaian rakyat biasa. Dan ia harus menyamar dengan nama samaran
“Raden Kamandaka”
Setelah
Raden Kamandaka berjalan berhari-hari dari Tangkuban Perahu ke arah Timur, maka
sampailah Raden Kamandaka kewilayah Kadipaten Pasir Luhur.
Secara
kebetulan Raden Kamandaka sampai Pasir Luhur, betemu dengan Patih Kadipaten
Pasir Luhur yaitu Patih Reksonoto. Karena Patih Reksonoto sudah tua tidak
mempuunyai anak, maka Raden Kamandaka
akhirnya dijadikan anak angkat Patih Reksonoto merasa sangat bangga dan senang
hatinya mempunyai Putra Angkat Raden Kamandaka yang gagah perkasa dan tampan,
maka Patih Reksonoto sangat mencintainya.
Adapun
yang memerintahkan Kadipaten Pasir Luhur adalah “Adi Pati Kanandoho”. Beliau
mempunyai beberapa orang Putri dan sudah bersuami kecuali yang paling bungsu
yaitu Dewi Ciptoroso yang belum bersuami. Dewi Ciptoroso inilah seorang putri
yang mempunyai wajah mirip Ibu raden Kamandaka, dan Putri inilah yng sedang
dicari oeh Raden Kamandaka.
Suatu
kebiasaan dari Kadipaten Pasir Luhur bahwa setiap tahun mengadakan upacara
menangkap ikan di kali Logawa. Pada
upacara ini semua keluarga Kadipaten Pasir Luhur
beserta para pembesar dan pejabatan pemerintah turut menangkap ikan di kali
Logawa.
Pada
waktu Patih Reksonoto pergi mengikuti upacara menangkap ikan di kali Logawa,
tanpa diketahuinya Raden Kamandaka secara diam-diam telah mengikutinya dari
belakang. Pada kesempatan inilah Raden Kamandaka dapat bertemu dengan Dewi
Ciptoroso dan mereka berdua saling jatuh cinta.
Atas
permintaan dari Dewi Ciptoroso agar Raden Kamandaka pada malam harinya untuk
dating menjumpai Dewi Ciptoroso di taman Kaputren Kadipaten Pasir Luhur tempat
Dewi Ciptoroso berada. Benarlah pada malam harinya Raden Kamandaka dengan
diam-diam tanpa ijin patih Resonoto, ia pun pergi menjumpai Dewi Ciptoroso yang
sudah rindu menanti kedatangan Raden Kamandaka.
Namun
keberadaan Raden Kamandaka di Taman Kaputren Bersama Dewi Ciptoroso tidak
berlangsung lama. Karena tiba-tiba prajurit pengawal Kaputren mengetahui bahwa
di dalam taman ada pencuri yang masuk. Hal ini kemu kemudian dilaporkan oleh
Adipatih Kandandoho.
Menanggapi
laporan ini, maka Adipatih sangat marah dan memerintahkan prajuritnya untuk
menangkap peencuri tersebut. Karena kesaktian dan ilmu ketangkasan yang
dimiliki oleh Raden Kamandaka, maka Raden Kamandaka dapat meloloskan diri dari
kepungan prajurit Pasir Luhur.
Sebelum
Raden Kamandaka lolos dari Taman Kaputren, ia sempat mengatakan identitasnya.
Bahwa ia bernama Raden Kamandaka putra dari Patih Reksonoto.
Hal
ini didengar olehh prajurit, dan melaporkan kepada Adipatih Kandandoho.
Mendengar hal ini maka Patih Reksonoto pun dipanggil dan harus menyerahkan
putra nya. Perintah ini dilaksanakan oleh Patih Reksonoto, walaupun dalam
hatinya sangatlah berat. Sehimgga dengan siasat dari Patih Reksonoto, maka
Raden Kamandaka dapat lari dan selamat dari pengejaran para prajurit.
Raden
Kamandaka terjun masuk kedalam sungai dan menyelam mengikuti
arus air sungai. Oleh Patih Reksonoto dan para prajurit yang mengejar,
dilaporkan bahwa Raden Kamandaka dikatakan sudah mati didalam sugai. Mendengar
berita ini Adipatih Kandandoho merasa lega dan puas. Nmun sebaliknya Dewi
Ciptoroso yang setelah mendengar berita itu sangatlah muram dan sedih.
Sepanjang
Raden Kamandaka menyelam mengikuti arus sungai bertemulah dengan seorang yang
memancing di sungai. Orang tersebut bernama Rekajaya, Raden Kamandaka dan
Rekajaya kemudian berteman baik dan menetap di desa
Panagih. Di desa ini Raden Kamandaka diangkat anak oleh Mbok Kektosuro, seorang
janda miskin di desa tersebbut.
Raden
Kamandaka menjadi penggemar adu ayam. Kebetulan Mbok Reksonoto mempunyai ayam
jago yang bernama “Mercu”. Pada setiap penyabungan ayam Raden Kamandaka selalu
menang dalam pertandingan, maka Raden Kamandaka menjadi sangat terkenal sebagai
botoh ayam.
Hal
ini tersiar sampai kerajaan Pasir Luhur, mendengar hal ini Adipatih Kandadoho
menjadi marah dan murka. Beliau memerintahkan prajuritnya untuk menagkap hidup
atau mati Raden Kamandaka.
Pada
saat itu tiba-tiba datanglah seorang pemuda tampan mengaku dirinya bernama
“Silihwarni” yang akan mengabdikan diri kepada Pasir Luhur, maka ia
permohonannya diterima, tetapi asalkan ia harus dapat membunuh Raden Kamandaka.
Untuk membuktikannya ia harus membawa darah dan hati Raden Kamandaka.
Sebenarnya
Silihwarni adalah nama samaran. Nama itu sebenarnya adalah Banyak Ngampar Putra
dari kerajaan Pajajaran, yaitu adik kandung dari Raden Kamandaka.
Ia
oleh ayahnya Prabu Siliwangi ditugaskan untuk mencari saudara
kandungnya yang pergi sudah lama belum kembali. Untuk mengatasi gangguan dalam
perjalanan, ia dibekali pusaka keris Kujang Pamungkas sebagai senjatanya. Dan
dia juga menyamar dengan nama Silihwarni, dan berpakaian seperti rakyat biasa.
Karena
ia mendengar berita bahwa kakak kandungnya berada di Kadipaten Pasir Luhur,
maka ia pun pergi kesana. Setelah Silihwarni menerima perintah dari Adipatih,
pergilah ia dengan diikuti beberapa prajurit dan anjing pelacak menuju desa
Karang Luas, tempat penyabungan ayam.
Di
tempat inilah mereka bertemu. Namun keduanya sudah tidak mengenal lagi.
Silihwari berpakaian seperti raknyat biasa sedangkan Raden Kamandaka berpakaian
sebagai botoh ayam, dan wajahnya pucat karena menahan kernduan kepada
kekasihnya.
Terjadilah
persabungan ayan Raden Kamandaka dan Silihwarni, dengan tanpa disadari oleh
raden kamandaka tiba-tiba Silihwarni menikam pinggang Raden Kamandaka dengan
keris Kujang Pamungkasnya. Karena luka goresan keris itu tersebut darahpun
keluar dengan deras. Namun karena ketangkasan Raden Kamandaka, ia pun dapat
lolos dari bahaya tersebut dan tempat ia dapat lolos itu dinamakan desa
Brobosan, yang berarti ia dapat lolos dari bahaya.
Karena
lukanya semakin deras mengeluarkan darah, maka ia pun istirahat sebentar
disuatu tempat, maka tempat itu dinamakan Bancran. Larinya Raden Kamandaka
terus dikejar oleh Silihwarni dan prajurit. Pada suatu tempat Raden Kamandaka
dapat menangkap anjing pelacaknya dan kemudian tempat itu diberinya nama desa
Karang Anjing.
Raden
Kamandaka terus lari kearah timur dan sampailah pada jalan buntu dan tempat ini
ia memberi nama Desa Buntu. Pada akhirnya Raden Kamandaka sampailah di sebuah
Goa. Didalam Goa ini ia beristirahat dan bersembunyi dari kejaraan Silihwarni.
Silihwarni yang terus mengejar setelah sampai goa ia kehilangan jejak. Kemudian
Silihwarnipun dari mulut goa tersebut berseru menantang Raden Kamandaka.
Setelah
mendengar tantagan Silihwarni, Raden Kamandaka pun menjawab ia mengatakan
identitasnya, bahwa ia adalah putra dari kerajaan Pajajaran namanya Banyak
Cotro.
Setelah
itu Silihwarnipun mengatakan identitasnya bahwa ia juga putra dari Kerajaan
Pajajaran, bernama Banyak Ngampar. Demikian kata-kata yang pengakuan antara
Raden Kamandaka dan Silihwarni bahwa mereka adalah putra pajajaran, maka orang
yang mendengar merupakan nama versi ke-2, untuk Goa Jatijajar tersebut.
Kemudian mereka berdua berpeluka dan saling memaafkan.
Namun
karena Silihwarni harus membawa bukti hati dan darah Raden Kamandaka, maka
akhirnya anjing pelacaknya yang dipotong diambil darah dan hatinya. Dikatakan
bahwa itu adalah hati dan darah Raden Kamandaka yang telah dibunuhnya.
Gua Jatijajar, Kebumen |
Raden
Kamandaka kemudian bertapa di dalam goa dan mendapat petunjuk, bahwa niatnya
untuk mempersunting Dewi Ciptoroso akan tercapai kalau ia sudah mendapat
pakaian “Lutung” dan ia disuruh supaya mendekat ke Kadipaten Pasir Luhur, yaitu
supaya menetap di hutan Batur Agung, sebelah Barat
Daya dari batu Raden.
Suatu
kegemaran dari Adipatih Pasir Luhur adalah berburu. Pada suatu hari Adipatih
dan semua keluarganya berburu, tiba-tiba bertemulah dengan seekor lutung yang
sangat besar dan jinak. Yang akhirnya di tangkaplah lutung tersebut
hidup-hidup.
Sewaktu
akan dibawa pulang, tiba-tiba Rekajaya datang mengaku bahwa itu adalah lutung
peliharaannya, dan mengatakan beredia membantu merawatnya jika lutung itu akan
dipelihara di Kadipaten. Dan permohonan itu pun dikabulkan.
Setelah
sampai di kadipaten para putri berebut ingin memelihara lutung tersebut. Selama
di Kadipaten lutung tersebut tidak mau dikasih makan. Oleh sebab itu akhirnya
oleh Adipatih lutung tersebut disayembarakan yaitu jika ada salah seorang dari
putrinya dapat memberi makan dan diterima oleh lutung tersebut maka ia lah yang
akan memelihara lutung tersebut.
Ternyata
makanan yang diterima oleh lutung tersebut hanyalah makanan dari Dewi Ciporoso,
maka “Lutung Kasarung” itu menjadi peliharaan Dewi Ciptoroso. Pada malam hari
lutung tersebut berubah wujud menjadi Raden Kamandaka. Sehingga hanya Dewi
Ciptoroso yang tahu tentang hal tersebut. Pada siang hari ia berubah menjadi
lutung lagi. Maka keadaan Dewi kini menjadi sangat gembira dan bahagia, yang
selalu ditemani lutung kasarung.
Alkisah
pada suatu hari raden dari Nusa Kambangan Prabu Pule Bahas menyuruh Patihnya
untuk meminang Putri Bungsu Kadipaten Pasir Luhur Dewi Ciptoroso dan mengancam
apabila pinangannya ditolak ia akan menghancurkan Kadipaten Pasir Luhur.
Atas
saran dan permintaan dari Lutung Kasarung pinangan Raja Pule Bahas agar supaya
diterima saja. Namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh raja Pule
Bahas. Salah satunya ialah dalam pertemuan pengantin nanti Lutung Kasarung
harus turut mendampingi Dewi Ciporoso.
Pada
waktu pertemuan pengantin berlangsung, Raja Pule Bahas selalu diganggu oleh
Lutung Kasarung yang selalu mendampingi Dewi Ciptoroso. Oleh sebab itu Raja
Pule Bahas marah dan memukul Lutung Kasarung. Namun Lutung Kasarung telah siap
berkelahi melawan Raja Pule Bahas.
Pertarungan
Raja Pule Bahas dengan Lutung Kasarung terjadi sangat seru. Namun karena
kesaktian dari Luung Kasarung, akhirnya Raja Pule Bahas gugur dicekik dan
digigit oleh Lutung Kasarung.
Tatkala
Raja Pule Bahas gugur maka Lutung Kasarung pun langsung menjelma menjadi Raden
Kamandaka, dan langsung mengenkan pakaian kebesaran Kerajaan Pajajaran dan
mengaku namanya Banyak Cotro. Kini Adipatih Pasir Luhur pun mengetahui hal yang
sebenarnya adalah Raden Kamandaka dan Raden Kamandaka adalah Banyak Cotro dan
Banyak Cotro adalah Lutung Kasarung putra mahkota dari kerajaan Pajajaran. Dan
akhirnya ia dikawinkan dengan Dewi Ciptoroso.
Namun
karena Raden Kamandaka sudah cacat pada waktu adu ayam dengan Silihwarni kena
keris Kujang Pamungkas maka Raden Kamandaka tidak dapat menggantikan menjadi
raja di Pajajaran.
Karena
tradisi kerajaan Pajajaran, bahwa putra mahkota yang akan menggantikan menjadi
raja tidak boleh cacat karena pusaka Kujang Pamungkas. Sehingga setelah ia
dinikahkan dengan Dewi Ciptoroso, Raden Kamandaka hanya dapat menjadi Adipatih
di Pasir Luhur Menggantikan mertuanya. Sedangkan yang menjadi Raja di Pajajaran
adalah Banyak Blabur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar